“Peran dan Perkembangan Teknologi Industri 4.0 Bagian Kedua


 Sesi Kedua
Pemateri: DR. PER. POL. Romadhani Ardi. ST.MT
Materi:
Industry 4.0adalah nama yang disematkan pada tren revolusi perkembangan industri yang mensinergikan antara pertumbuhan jumlah data yang sangat besar (Big Data) yang didorong utamanya oleh peningkatan konektivitas via Internet of Things dan Cloud Computing sehingga semua hal punya identitas digital dan rekam jejaknya; kemudian dipelajari data tersebut dengan teknik Advanced Data Mining. Data analysis tersebut kemudian dilengkapi dengan perkembangan teknologi automasi dan 3D printing yang semakin fleksibel. Kemudian dasarnya diotaki oleh perkembangan Artificial Intelligence dan Machine Learning. Sebenarnya Industry 4.0 bukan penemuan Baru, tetapi upaya membaca tren industriberdasarkan perkembangan teknologi.
3 Pilar Teknologi pada Industry 4.0, yaitu:
1. Dari sisi fisik
Teknologi fisik dalam bentuk automasi menggunakan robot - robot industri, sensor RFID dan 3D printing berkembang pesat, sehingga menghasilkan sistem produksi di dalam industri yang makin efisien.
2. Dari sisi konektivitas
Dalam konsep Internet of Things, semua alat atau bahkan
mungkin manusia akan memiliki identitas digital yang diambil dari sensor", sehingga datanya dapat dikumpulkan secara real time. Data tersebut akan semakin besar sehingga menjadi Big Data yang ditampung dalam Cloud yang semakin besar kapasitasnya. Data tersebut kemudian bisa dipelajari hubungan dan pola di dalamnya dengan teknik Data Mining.
3. Dari sisi otak sistem
Perkembangan Kecerdasan Buatan dan Machine Learning, membuat AI bisa belajar secara mandiri dan bisa mengambil keputusan - keputusan secara mandiri.
Tujuan dari Industry 4.0 adalah menghasilkan industri yang self-optimized yang sangat efisien dan mampu memproduksi dalam bentuk kostumisasi masal. Ada yang harus dicatat bahwa BELUM ada negara yang mencapai Industry 4.0 yang sesungguhnya (*Truly Industry 4.0*) ketika Industri sudah terintegrasi dan terdigitalisasi secara penuh dan kemudian menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang sangat tinggi.
Mengapa tren Industry 4.0 terjadi sekarang ?
Ada 3 hal mengapa era industri sekarang bisa mengarah ke Truly Industri 4.0:
1.    Keberadaan Data
90% data yang tersimpan di internet, dihasilkan dalam 2 tahun terakhir: kita menghasilkan data dalam jumlah yang besar dan bertumbuh dengan pesat setiap tahunnya.
2.   Kemampuan Komputerisasi
Komputer mampu memproses hingga 318000 million instructions per second sekarang ini dibandingkan pada tahun 1970an yang hanya mampu memproses < 1 million million instructions per second.
3.   Kesiapan masyarakat dunia
Ini ditandai dengan persentase penetrasi internet yang semakin tinggi.
Industry 4.0 merupakan kelanjutan 3 revolusi industri yang terjadi sebelumnya. Industri 1.0 adalah saat dimana mesin produksi mekanik berbasis tenaga uap dan air diperkenalkan; pada sekitar tahun 1784. Revolusi teknologi ini me-mekanisasi proses pertambahan nilai yang tadinya berbasis craftmanship dalam dunia fabrikasi dan secara ekonomi keseluruhan didominasi oleh ekonomi agrikultur. Mesin – mesin produksi berkembang. Masyarakat berubah dari petani menjadi buruh dan kota – kota industri bermunculan.
Industri 2.0 adalah saat dimana produksi massal mulai berkembang pesat. Lini produksi dan ban berjalan digunakan secara masif. Walau lini produksi sudah dipakai semenjak 1870 di lini produksi pemotongan ayam di Cincinnati, Ohio AS; revolusi ini menemukan bentuknya pada produksi mobil Ford Motor di medio 1920an. Ford Motor dan perjumpaannya dengan konsep Scientific Management yang dibawa oleh Frederick W. Taylor; memungkinkan produksi massal terjadi secara efisien. Taylor menemukan bahwa sistem kerja bisa dibangun secara saintifik dan kuantitatif. Scientific Managemet mewujudkan konsep Division of Labour-nya Adam Smith kedalam analisis yang sistematis yang kemudian nantinya (bersama dengan Frank Gilberth) melahirkan ilmu Time and Motion Study. Ilmu inilah yang kemudian melahirkan salah satu keilmuan paling penting di dunia: Teknik Industri.
Industry 3.0 terjadi ketika ditemukannya programmable logic controller (PLC) pada tahun 1969 hingga era sekarang. Penemuan PLC membuka pintu dan kemudian menjadi jalan bagi penggunaan robot dan automasi dalam industri. Hal ini diperkuat dengan peningkatan kemampuan proses komputer yang didukung dengan penemuan teknologi:
1.      Transistor (1956 – 1964)
2.      Integrated circuit (1964 - 1971)
3.      Mikroprosesor (1971 – sekarang)
Elemen kunci dari Industry 4.0 adalah:
1. Konektivitas penuh dengan kemampuan pemrosesan real-time
2. Sistem yang terdesentralisasi, cerdas and mampu melakukan self optimizing/organizing
3. Sistem yang berbentuk modular and reconfigurable (mudah dikonfigurasi ulang)
Beberapa contoh klaster teknologi perkembangan teknologi yang mengarahkan ke Truly Industry 4.0:
a.    Interrelasi Klaster Teknologi 1
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø Robotics
Ø Automation equipment
Ø Traditional machinery
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø Advanced algorithms
Ø Machine learning
Ø High-performance hardware
Menghasilkan solusi Industri 4.0:  Self-Learning Robot.
b.  Interrelasi Klaster Teknologi 2
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø  Traditional machinery
Ø  Traditional & semiconductor based sensors
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø  Advanced data analytics
Ø  Database mgmt. systems
Ø  Cloud computing
Menghasilkan solusi Industri 4.0: predictive maintenance, alih - alih preventive apalagi corrective maintenance.
      c. Interrelasi Klaster Teknologi 3
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø  Traditional machinery
Ø  RFID
Ø  Automation equipment
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø  Embedded systems
Ø  Real-time image processing (e.g. OCR)
Ø  Data storage hardware
Menghasilkan solusi Industri 4.0: Self-reconfiguring machineterrelasi Klaster Teknologi 4
Teknologi yang berkembang di dunia fisik:
Ø  Camera & imaging systems
Ø  Visual sensors
Ø  Traditional sensors
Dikombinasi dengan teknologi yang berkembang di dunia cyber:
Ø  Real-time image processing
Ø  Advanced data analytics
Ø  Advanced algorithms
Menghasilkan solusi Industri 4.0: smart environment recognition: smart factori.
Implikasi langsung dari perkembangan teknologi yang memungkinkan konektivitas tingkat  tinggi tersebut adalah sebagai berikut:
1. Efisiensi dari produksi massal, bahkan kostumisasi massal
2. Sistem produksi fleksibel yang bisa dengan cepat beradaptasi dengan variabilitas permintaan
pelangga
3. Integrasi nilai dari pelanggan ke dalam sistem pertambahan nilai (baca: produk yang akan dihasilkan  secara utuh
4. Kemampuan menghasilkan produksi dan layanan bernilai tinggi
Lebih rinci lagi, karakteristik Industry 4.0 adalah revolusi industri yang berpotensi mengubah industri : 

  1. From mass production to mass customization
  2. From volume scale effect to localized & flexible units
  3. From planned make to stock to dynamic make to order
  4. From product to usage
  5. From cost driven to ROCE driven
  6.  From Taylorism to flexible work organization
  7. From hard working conditions to attractive work space
Industry 4.0 membutuhkan waktu 10 – 15 tahun agar mencapai maturity (dengan menggunakan asumsi negara seperti Jerman) – sumber Roland Berger:
- Sekarang: laboratory sollution
- 2018 – 2020: installasi projek-projek pilot
- 2020 – 2025: adopsi secara lebih lua
- 2025 – 2030: transisi menjadi True Industry 4.0
Nah, kita harus melihat dan mengacara kepada Pionir dari pengembangan konsep Industry 4.0 sekaligus negeri yang paling siap dalam mencapai Truly Industry 4.0: Jerman
Jerman meluncurkan inisiatif I40 pada tahun 2011
• Objective: Establish Germany as lead market and provider for advanced manufacturing solutions
• Timeline: 2011- 2020
• Focus Sector: iklim / energi, kesehatan, mobilitas, keamanan, komunikasi
• Fokus Teknologi: IoT, Cyber Physical Systems
• Skema Program: pendanaan publik sebesar 200 juta euro dengan pendanaan pihak swasta untuk R & D: 50% untuk UKM
• Dampak program: Expected productivity benefits sebesar EUR 90-150 miliar pada 5-10 tahun mendatang, I40 platform terbesar dan paling bervariasi dalam konteks Industry 4.0, sudah mendanai lebih dari 500 I40 projects
Jika Jerman saja memprediksi butuh waktu 15 tahun untuk mencapai Truly Industri 4.0, bagaimana dengan Indonesia. Pemerintah RI baru saja meluncurkan Peta Jalan (Roadmap) Indonesia dalam mencapai Industry 4.0 dengan menggunakan nama: Making Indonesia 4.0. Sebagai disclaimer, saya hanya menyampaikan apa yang disampaikan pemerintah dan belum melakukan analisis secara sistematis apakah Indonesia SIAP atau TIDAK. Tapi setidaknya dari gambar ini, Indonesia masih dalam posisi yang BELUM SIAP, sehingga keberadaan Making Indonesia 4.0 menjadi relevan.
Jika dilihat dari gambar di atas, posisi Indonesia ada di kuadran kiri bawah: Nascent. maknanya: kompleksitas dan kemampuan produksi dan pendorong kebutuhan produksi Indonesia masih kurang.
 Making Indonesia 4.0
Latar Belakang:

  1. Indonesia merupakan bagian dari negara G20. Tapi proporsi terbesar GDP justru berasal dari konsumsi: sekitar 55% dan Net Export berada dalam posisi 0%.
  2. Indonesia mengalami bonus demografi hingga sekitar tahun 2030
Selain itu, Indonesia ingin menghindarkan diri dari Middle Income Trap atau Economic Vicious Cycle:
Minim investasi ke Teknologi, Infrastruktur, dan SDM > minimnya produktivitas > lemahnya kemampuan untuk mendapatkan pemasukan (net export, foreign direct investment > lemahnya kemampuan finasial > biaya modal yang tinggi > minimnya sumber pembiayaan > Minim investasi ke Teknologi, Infrastruktur, dan SDM (kembali ke awal)
Hubungan pengaruh
Dalam bahasa sederhana: kita selamanya akan menjadi negara berkembang. Padahal kita seharusnya berubah dari negara yang bergantung dari kayanya sumber daya dan murahnya upah buruh; berpindah menjadi negara yang berbasis produktivitas, teknologi dan inovasi. Selain itu ada fakta - fakta lain yang kurang menggemberikan:
Indonesia mengeluarkan pengeluaraan yang sangat minim untuk Teknologi.untuk ICT: hanya 1.3% of GDP, 45 dollar per kapita.
Kenaikan upah buruh relatif tinggi, tetapi tidak didorong peningkatan yang proporsional dari kenaikan produktivitas  (jika dibanding China dan India).
Indonesia adalah negara ASEAN dengan aliran perdagangan terendah di ASEAN (37% dari GDP) dengan dibarengi dengan menurunnya Net Export (0.8% dari GDP).
Investasi asing mengalami stagnansi (rata rata 3.4% dari GDP 2013 – 2016)
Indonesia mengalami deindustrialisasi: komposisi GDP sektor manufaktur menurun dari 25.2% pada tahun 2000 menjadi 21.7% pada 2015 dan diprediksi akan menurun kembali me menjadi 16.3% pada 2030. Sedangkan sektor jasa kita meningkat dengan 11.9% pertumbuhan hingga 2030
Pemerintah berharap: Making Indonesia 4.0 bisa menjadi jalan untuk merevitalisasi industri manufaktur untuk menyerap pertumbuhan jumlah usia kerja akibat bonus demografi (30 juta orang pada 2015 - 2030). Cita - citanya, dengan Making Indonesia 4.0, Indonesia bisa mencapai:
Ø Meningkatkan net export dari 0.8% dari GDP tahun 2016 hingga 10% dari GDP pada tahun 2030. Benchmarking dari net export Indonesia di ASEAN tahun 2000: 10% dari GDP
Ø Meningkatkan labor productivity / cost menjadi 2x
Ø Meningkatkan persentase pengeluaran R&D, dari 0.3% dari GDP tahun 2016, menjadi 2% di tahun 2030
Berdasarkan kelayakan dan kontribusi nilai (ukuran Industri dan potensi net export), maka dipilihlah 5 sektor industri fokus oleh pemerintah: Industri makanan, tekstil, otomatif, elektronik, kimia. Untuk mencapai itu, pemerintah membuat Roadmap sebagai berikut:

Secara garis besar, ada 10 prioritas nasional dalam mewujudkan Making Indonesia 4.0:
1.      perbaikan alur aliran material dengan memperkuat produksi material sektor hulu
2.      mendesain ulang zona industri dengan membangun peta jalan zona industri nasional
3.      akomodasi standar keberlanjutan (sustainability)
4.      pemberdayaan UMKM termasuk usaha mikro
5.      membangun infrastruktur digital nasional
6.      menarik investasi asing dengan menargetkan perusahaan manufaktur terkemuka global
7.      peningkatan kualitas SDM
8.     pembentukan ekosistem inovasi dengan pengembangan sentra Research & Development & Design (R&D&D) oleh pemerintah, swasta, publik, maupun universitas
9.  menerapkan insentif investasi teknologi dengan memperkenalkan tax exemption atau subsidi untuk adopsi teknologi dan dukungan pendanaan
10.  harmonisasi aturan dan kebijakan dengan melakukan harmonisasi kebijakan dan peraturan lintas kementerian.
Jika dilihat, masih banyak yang harus dikejar untuk mengisi kekosongan roadmap yang sudah dibuat pemerintah. Tetapi kita harus apresiasi pemerintah, karena sy pribadi khawatir Winners take all dalam konteks Industry 4.0 ini: siapa yang menguasai kemampuan Industri 4.0, dia yang akan mendapatkan semuanya. Dalam skala duniasi, kalau tidak diantisipasi dengan baik Prof. Klaus Schwab bilang akan terjadi kerentanan sebagai berikut:
Ketidakmapuan organisasi/bisnis beradaptasi; kegagalan pemerintah untuk meregulasi teknologi baru untuk mengoptimalkan keuntungan; masalah keamanan siber; ketimpangan ekonomi, and polarisasi di masyarakat.
Diskusi:
1.        Abror
Instansi: Unnes
Pertanyaan:
Menurut bapak apakah negara kita telah siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0? Darimanakah konsep revolusi industri? Kenapa kita harus mengikuti konsep revolusi industri 4.0 jikalau negara kita memang belum siap dalam menghadapi era modern? Bukankah kita baru selesai dijajah 73 tahun yang lalu? Sedangkan negara maju telah melalui era modern mereka (postmodernisme). 132 juta orang pengguna internet di Indonesia dengan durasi rata-rata menggunakan internet 8 jam 51 menit per harinya, data dari wearesocial.com. Bagaimana dampak yang diberikan oleh revolusi industri 4.0 terhadap masyarakat, dan peran apa yang dapat diambil oleh orang-orang intelektual? Dan kemana arah fokus Indonesia saat ini dalam memajukan peradaban Negara ?
Untuk konsep revolusi industri 4.0 bukannya lebih berbahaya jika mengintegrasikan dengan IoT ? Menurut bapak apakah negara kita telah siap untuk menghadapi revolusi industri 4.0?
Jawaban:
Belum. dari gambar yang saya share tadi, kita masuk dalam kuadran yang belum siap. jauh tertinggal dari Singapura. Darimanakah konsep revolusi industri? konsep ini sering kita pakai untuk menggambarkan proses transisi masyarakat Inggris tahun 1760an, dari masyarakat agraris ke masyarakat Industri dengan ditemukannya mesin uap. revolusi Industri 4.0 adalah upaya ahli untuk membuat analisis hubungan antara tiap revolusi. Revolusi: perubahan yang terjadi secara radikal, atau pakai bahasa sekarang: disruptive.
Kenapa kita harus mengikuti konsep revolusi industri 4.0 jikalau negara kita memang belum siap dalam menghadapi era modern? Profesor saya di Jerman termasuk yang skeptis terhadap Industry 4.0. saya juga bertemu dengan Profesor dari UTM Malaysia yang menyampaikan hal yang sama. Masalahnya adalah: jika kita tidak mencoba untuk menguasai, atau minimal memahami konsep ini, maka sy khawatir bahwa negara - negara yang menguasai ini akan mendapatkan semua manfaatnya, sedangkan kita tidak. catatan: tidak semua jenis Industri membutuhkan Truly Industry 4.0.
Bagaimana dampak yang diberikan oleh revolusi industri 4.0 terhadap masyarakat, dan peran apa yang dapat diambil oleh orang-orang intelektual? Yang paling sering dibayangkan, tapi susah diantisipasi: perubahan kebutuhan tenaga kerja. banyak pekerjaan yang akan diotomasi dan digantikan oleh robot. dan akan muncul pekerjaan - pekerjaan baru. kalau sistem pendidikan kita tidak siap, terkhusus vokasi, maka ada potensi peningkatan jumlah pengangguran karena kita sedang bonus demografi. Dan kemana arah fokus Indonesia saat ini dalam memajukan peradaban Negara ? Untuk konsep revolusi industri 4.0 bukannya lebih berbahaya jika mengintegrasikan dengan IoT? saya kurang menangkap maksud pertanyaan ini, jadi belum bisa jawab.
2.        Poniran
Asal institusi : Universitas Riau
Pertanyaan :
Diskusi ini merupakan diskusi yang sangat menarik yang dilakukan dengan pemateri terhebat salam hangat dari Riau Bapak Romadhoni. Berbicara mengenai revolusi industri 4.0 merupakan suatu hal yang kompleks jika kita ingin mengulas lebih dalam. Menanggapi pernyataan pemateri yang menyatakan bahwa Making Indonesia 4.0
Latar Belakang:
Ø  Indonesia merupakan bagian dari negara G20. Tapi proporsi terbesar GDP justru berasal dari konsumsi: sekitar 55% dan Net Export berada dalam posisi 0%.
Ø  Indonesia mengalami bonus demografi hingga sekitar tahun 2030
Bonus demografi di Indonesia yang diperkirakan sekitar tahun 2030, apakah hal ini akan menguntungkan atau merugikan terkait revolusi industri 4.0 ? Mengingat bonus demografi kita belum mempunyai kualitas SDM yang mumpuni. Mohon penjelasannya ya. Terimakasih.
Jawaban:
Apakah hal ini akan menguntungkan atau merugikan terkait revolusi industri 4.0 ?
berpotensi merugikan kalau kita tidak siap. bayangkan:
- ada 30 juta tenaga kerja baru
- lapangan pekerjaan membutuhkan sarjana dan ahli madya yang menguasai konsep dan teknologi 4.0 (dengan asumsi Industri mau berinvestasi untuk berubah penuh menjadi 4.0)
- minimnya jumlah wirausaha kita (3% jumlah penduduk)
maka ada potensi peningkatan jumlah pengangguran. dan ini bisa menimbulkan potensi baru: masalah sosial yang dihasilkan.kata kuncinya: sistem pendidikan kita harus siap bertransisi dan wiraswasta baru harus terus didorong.
Tanggapan:
Sedikit menanggapi bapak @Romadhani Ardi bagaimana peran mahasiswa terkhusus kita yang sudah mulai terbuka di diskusi ini langkah nyata kita untuk membantu dan membentuk sistem pendidikan yang baik untuk revolusi industri 4.0 ini ? Terimakasih bapak
Menanggapi tanggapan:
Secara umum: mahasiswa harus ada yang bercita cita menjadi seorang ahli di salah satu bidang yang menjadi fondasi Industri 4.0. kita butuh SDM banyak yang harus mengisi pos pos di berbagai macam level: teknisi operator, manajer, wiraswasta. jika bukan mahasiswa Indonesia yang mengisi, sayakhawatir yang mengisi adalah tenaga - tenaga asing jika melihat tren liberalisasi ekonomi kita.
3.    HABIBI
Instansi: UNV. SULTAN SYARIF KASIM RIAU
Pertanyaan:
As we all know that indonesia kaya akan sumber daya alam mulai dr tanaman, maritim kekayaan laut, budaya, bahan baku pangan, dll. Untuk mencapai *trully industri 0.4* salah satunya adalah meningkatkan produksi diberbagai bidang. Melihat perkembangan jerman yg telah siap bahkan menjadi negara *industri 0.4* salah satu faktornya adalah pencapaian tingkat produksi sehingga mampu meraih benefit yg tinggi setiap tahunnya.
Bisakah kita indonesia, menjadi negara industri 0.4 dengan memanfaatkan sumber daya alam ? Sehingga dalam kekayaan indonesia yg melimpah ruah kita tdk hanya menjadi "penonton" yg notebene skrg ini byk dikuasai oleh pihak asing.
Jawaban:
Bisakah kita indonesia, menjadi negara industri 0.4 dengan memanfaatkan sumber daya alam ? Sehingga dalam kekayaan indonesia yg melimpah ruah kita tdk hanya menjadi "penonton" yg notebene skrg ini byk dikuasai oleh pihak asing.
Salah satu prasyarat untuk menjadi negara maju adalah harus punya competitive advantage: menguasai teknologi seperti Jerman atau menguasai jasa seperti Singapura atau  UEA.Bahkan contoh negara seperti Arab Saudi pun sadar kalau minyaknya akan habis, sehingga mereka membuat Visi 2030. Saudi mulai membuka dirinya untuk bisnis bisnis baru, seperti WWE.Sumber daya adalah modal, tapi penguasaan teknologi atau jasa yang dibarengi keberpihakan pemerintah adalah kunci yang paling utama. contoh: selama ini kita suling minyak di luar negeri.
4.        Malinda
Instansi: Universitas Bung Karno.
Pertanyaan :
Apakah bioteknologi termasuk ke dalam industry 4.0 ? Dan sudah sejauh mana penerapan bioteknologi di Indonesia khusus nya dibidang pertanian/ketahanan pangan ?
     Jawaban:
Maaf mbak Malinda. secara jujur saya tidak mendalami bioteknologi dan ketahanan pangan.
kesimpulan:
Industry 4.0 adalah tren yang sedang dibaca oleh dunia. apakah ada alternatif: kirologi sy ada. tapi biar ahli Ekonomi yang menjawab. kalau pemerintah sudah menyiapkan diri dengan Making Indonesia 4.0, maka mahasiswa juga demikian. pilih satu bidang yang kita mau jadi ahli di sana, jangan mau jadi orang yang medioker, dan fokus di situ untuk kontribusi.

Peran dan Perkembangan Teknologi Industri 4.0 Bagian Pertama

Sesi Pertama
Pemateri : Dimas Prabu Tejonugroho

Prof Klaus Schwab, Ekonom terkenal dunia asal Jerman, Pendiri dan Ketua Eksekutif World Economic Forum (WEF) yang mengenalkan konsep Revolusi Industri 4.0. 
Revolusi Industri via VOA ISLAM
Dalam bukunya yang berjudul “The Fourth Industrial Revolution”, Prof Schawab (2017) menjelaskan revolusi industri 4.0 telah mengubah hidup dan kerja manusia secara fundamental. 
Buku Klaus Schwab via amazon
Berbeda dengan revolusi industri sebelumnya, revolusi industri generasi ke-4 ini memiliki skala, ruang lingkup dan kompleksitas yang lebih luas. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat pada awal abad 20 telah melahirkan teknologi informasi dan proses produksi yang dikendalikan secara otomatis. Mesin industri tidak lagi
dikendalikan oleh tenaga manusia tetapi menggunakan Programmable Logic Controller (PLC) atau sistem otomatisasi berbasis komputer. Dampaknya, biaya produksi menjadi semakin murah. Teknologi informasi juga semakin maju diantaranya teknologi kamera yang terintegrasi dengan mobile phone dan semakin berkembangnya industri kreatif di dunia musik dengan ditemukannya musik digital.
Materi :
Berbicara tentang Teknologi Industri 4.0, kita tidak bisa melepaskannya dari isu revolusi industri 4.0 yang saat ini sedang terjadi. Definisi teknologi industri adalah penggunaan ilmu rekayasa atau teknologi untuk membuat produksi menjadi lebih cepat, lebih sederhana dan lebih efisien. Berbagai macam definisi bisa kita tentukan. Namun, secara umum teknologi industri adalah sesuatu hal untuk menolong produksi di industri agar semakin lebih cepat, lebih hemat, dan lebih menghasilkan.
Kita bisa melihat teknologi industri ini mulai ada sejak abad ke 18. Pada zaman sebelum abad 18, pekerjaan manusia masih berfokus di pertanian. Kebanyakan manusia tinggal di desa-desa, dan kemudian mengolah tanah sebagai sumber pencaharian. Makanan, pakaian, alat bantu, dan peralatan rumah tangga sebagai penyokong kehidupan manusia masih dibuat secara sederhana. Pembuatannya masih menggunakan alat sederhana dan jumlah produksinya pun masih terbatas. Kita menyebutnya sebagai agriculture based economy. Ekonomi yang berbasis pertanian. Karena keinginan manusia untuk  bisa bekerja lebih cepat, lebih hemat dan lebih menghasilkan maka terwujudlah berbagai inovasi-inovasi yang memudahkan hidup manusia, Inovasi pertama yang pertama kali mendukung revolusi industri pertama adalah teknologi untuk membuat besi tuang dan baja. Besi dan baja ini kemudian menjadi material penting untuk membuat segala inovasi yang lain. Dari peralatan rumah tangga, alat bantu, kapal, gedung, infrastruktur hingga mesin juga akhirnya menggunakan besi dan baja sebagai bahannya. Dari teknologi besi dan baja tersebut kemudian tercipta lah sebuah inovasi lain yaitu mesin uap.Penemunya James Watt. Yang disebut sebagai pionir dalam membuat mesin uap yg pertama Inovasi mesin uap ini sangat berpengaruh terhadap proses industrialisasi di revolusi industri pertama.  Konsep dan prinsip mesin uap ini kemudian digunakan untuk pembangkit energi, lokomotif hingga kapal dalam masa revolusi industri pertama. Karena mesin uap ini memakai energi yang cukup banyak dan menghasilkan polusi yang cukup tinggi, maka dari itu diciptakanlah inovasi yang lain.

Inovasi kemudian semakin berlanjut dengan ditemukannya listrik. Listrik dan elektrifikasi industri menjadi salah satu teknologi industri penting yang menyokong terbentuknya revolusi industri kedua.Dalam masa revolusi industri kedua ini juga mulai dikenal sistem produksi massal (mass production). Sistem produksi massal ini adalah sistem untuk menciptakan sebuah produk secara banyak Pionirnya yang mendukung sistem produksi massal ini ada dua orang yaitu Pertama Frederick Taylor dan kedua Henry Ford.
Frederick Taylor via Wikipedia
Frederick Taylor ini adalah seorang pionir yang menciptakan "scientific management". Sebuah paradigma untuk menganalisis pekerjaan dari gerakan serta waktunya. Terciptalah sebuah ilmu baru bernama "motion and time studies" yang menjadi dasar untuk industri di revolusi industri kedua ini. Scientific Management juga menjadi fondasi  untuk keilmuan Manajemen dan Teknik Industri sekarang ini dan Henry Ford adalah pemilik Ford Motor Company, sebuah perusahaan pembuat mobil di Amerika. Henry Ford dulu berpikir: bagaimana caranya membuat mobil yang bisa digunakan untuk seluruh kalangan. Karena waktu itu membuat mobil jangka waktu produksinya lama sekali. di pabrik Ford saja membutuhkan waktu 12 jam. Dahulu mobil dibuat dengan sistem fixed layout. Artinya kerangka mobil ditaruh di sebuah tempat yang tetap kemudian para pekerja lah yang bergerak memasang part-part mobil sehingga terwujudlah sebuah mobil. Ford kemudian mengusulkan sistem assembly line. Dalam sistem ini, kerangka mobil yang bergerak dalam sistem produksi. Bukan orang yang bergerak.Kerangka mobil kemudian dijalankan dengan mesin atau ban berjalan dan para pekerja melakukan pemasangan part-part mobil terhadap kerangka mobil yang bergerak tersebut. Dengan sistem ini, Ford bisa menghemat waktu produksi dari 12 jam menjadi 2 jam. Hal ini kemudian diikuti oleh pabrik2 lainnya seperti pabrik makanan, pabrik senjata dan sebagainya. Hingga akhirnya masa Revolusi Industri kedua ini selesai pada saat Perang Dunia pertama.

Revolusi Industri ketiga muncul pada saat ditemukan komputer, alat elektronik dan teknologi informasi. Lewat Revolusi Industri ketiga ini, pabrik mulai mengganti sistem kerjanya menjadi berbasis PLC (programmable logic control). Otomasi Industri kemudian berkembang di era industri ini. Beberapa perangkat pendukung lainnya seperti Enterprise Resource Planning juga berkembang pada era industri ini. Lewat penemuan otomasi ini, pembuatan produk semakin cepat dan lebih efisien. Bergerak ke revolusi industri keempat, efek dari information technology yang sudah ada dari revolusi industri ketiga akan ditingkatkan lagi. Berbagai macam teknologi seperti artificial inteligence (kecerdasan artifisial), big data, serta robotik mengambil alih produksi. Sehingga kita bisa memprediksikan teknologi yg tersedia dari industri 4.0 ini akan membuat koneksi antara sistem industri lebih dinamis, dan lebih real time.Dampak dari teknologi industri 4.0 ini ada beberapa hal :
1.Industri harus segera menetapkan prioritas untuk pengembangan strategis usahanya
Sebagaimana revolusi industri yang telah lalu, revolusi industri akan memakan hilangnya pekerjaan yang lama. Memang pekerjaan yang lama akan hilang di industry 4.0. Namun pekerjaan yang baru juga akan segera datang. Prasyarat pekerja untuk memasuki pekerjaan yang tersedia di industry 4.0 juga semakin tinggi. Industri harus segera mengupgrade kualitas sumber dayanya agar mampu mengikuti teknologi industri yang tersedia di masa depan
2.Infrastruktur dan Pendidikan harus berubah
Berbagai teknologi seperti teknologi telekomunikasi harus segera disesuaikan agar mampu mengikuti perkembangan zaman. Infrastruktur yang disediakan harus bisa beroperasi cepat, aman dan terpercaya. Terutama bagi industri yang menggunakan real-time data. Pendidikan seperti di kampus, dan vokasi harus diubah untuk menyesuaikan kebutuhan industri, salah satunya adalah mengubah fokus pendidikan agar menghasilkan orang- orang  yang inovatif atau berpikir level tinggi (HOTS).
3. para supplier (penyedia jasa bagi industri) harus membangun fondasi teknologi yang kuat agar mampu dipakai oleh industri.

Diskusi :

1.        Anita

Dalam industri kedepan jurusan apa yang sekiranya bisa dan banyak berpeluang di dunia industri?

Robotika, artificial inteligence akan banyak terjadi dibutuhkan pada saat masuk ke industri 4.0, Karena di industry 4.0, juga diperlukan pula kemampuan untuk analisis dan pengolahan big data yang kuat, maka diperlukan juga kemampuan statistik serta matematika untuk membuat sebuah algoritma baru yang lebih canggih lagi untuk mengolah data.

2.  Trino Jusuf Habibie

Apakah maju nya industri 4.0 akan membuat negara berkembang dengan jumlah penduduk banyak bisa mengatasi masalah-masalah kehidupan sosial di negara tersebut ? Dengan Pertanyaan Pengantar :Pernyataan dengan maju nya industri 4.0 memang baik bagi negara maju karena mereka meneruskan teknologi yang sudah ada,sedangkan negara berkembang dengan jumlah penduduk yang banyak akan semakin terpuruk jika saja gagasan industri 4.0 di terapkan di negara berkembang, lapangan pekerjaan manusia akan di ambil alih oleh adanya kemajuan tenaga kerja seperti robot.
Jadi jika ingin khusus menengok kebutuhan industri untuk otomasi, dan optimasi saja: maka kebutuhan untuk memahami pemrograman dasar semakin tinggi. Karena disini kita ingin sebagai orang yang bisa mengutak-atik robot, bukan yang dipermainkan oleh robot. Perdebatan antara industri padat karya dan industri padat modal sebetulnya sudah terjadi dari Revolusi Industri Kedua.
Frederick Taylor yang saya ceritakan diatas tadi memang terkenal sekali menyerukan menggunakan mesin atau otomasi lainnya agar industri bisa menghasilkan lebih banyak keuntungan.Mesin bisa bekerja penuh 24 jam, dibandingkan manusia. Apalagi manusia kan sedikit-sedikit harus istirahat dan sebagainya, jadi dianggap tidak efisien dan tidak efektif bagi Taylor. Jawabannya adalah bisa. Asalkan pendidikan serta infrastruktur negara kita sudah siap dan mumpuni. Sekarang ini Indonesia sedang disebut memasuki premature deindustrialisation, Artinya dampak industri manufaktur semakin menurun terhadap GDP negara sebelum waktunya. 
Padahal negara-negara industri maju seperti Amerika dan Jerman, mereka menempuh proses yang mulus untuk perpindahan sumber keuntungan negaranya, Proses awalnya kan : pertanian, kemudian ke manufaktur, dan kemudian ke service. Amerika dan Jerman sudah bisa dianggap sebagai negara industri maju karena sekarang ini sudah bisa berfokus terhadap service, Mereka sudah berfokus terhadap service, karena manufakturnya sudah kuat. Sementara di Indonesia sendiri, industri manufaktur mengalami penurunan terhadap GDP.

3.  Ayu Rizki Nur Syamsi

secara political science. Apakah ada tarik keuntungan  di indonesia tentang adanya teknologi industri 4.0 ?

Jika menengok tarik untung dari adanya teknologi industri 4.0, mungkin yang paling untung adalah orang yang menguasai teknologi yang dibutuhkan di masa depan. Kejadian ini selalu terjadi di peralihan revolusi industri. Bisa kita lihat Inggris menjadi negara adikuasa setelah revolusi industri pertama, dan kemudian Amerika yang saat ini unggul menjadi negara adikuasa karena teknologi2 nya memang berasal dari sana. 
Kita perlu menyadari bahwa Indonesia memang sangat terlambat untuk mengikuti trend dunia yang mengarah ke revolusi industri 4.0. Buku "Fourth Industrial Revolution" yang dibuat oleh Klaus Schwab kalau tidak salah diterbitkan tahun 2015 atau 2016. Political will kita baru menstatement akan mengikuti revolusi industri keempat ini sekitar Januari 2018.
Industri sejak dahulu mainannya adalah creating value: Atau membuat nilai Maka dari itu supaya industri menang, kita harus meningkatkan nilai kompetitif nya sebagai sebuah industri. Apa aja nilai kompetitif dari sebuah industri? Ambillah salah satunya QCDS (Quality, Cost, Delivery, Safety). Quality = barang yang berkualitas

Cost = cost barang yang ditawarkan sesuai dengan kualitas

Delivery = pengantaran barang tepat waktu

Safety = proses dalam industri menjunjung tinggi K3

Jika teknologi industri 4.0 dapat meningkatkan kemampuan industri dalam bersaing di kancah dunia ini, maka sewajibnya industri sudah harus updated teknologinya. Jika  nilai kompetitif sebuah industri X ternyata masih bukan yg menyangkut big data dsb, maka prioritasnya berarti bukan hal yang kesana dulu. Tapi menguatkan hal – hal  yang sekiranya butuh dikuatkan sebelum beralih menggunakan teknologi mutakhir

4.  Prayoga Romin Syaputra

Apa saja faktor-faktor yang bisa menjadi pendorong kemajuan industri 4.0 di indonesia ?

Karena basis kemajuan industri 4.0 adalah penggunaan teknologi, maka faktor-faktor yang bisa mendorong kemajuan industri 4.0 itu sendiri adalah penguasaan ilmu dan teknologi. Penggunaan teknologi seperti internet, telekomunikasi juga bisa mendorong kemajuan itu sendiri.
CATATAN DISKUSI DEPARTEMEN KAJIAN DAN PENELITIAN LEM FMIPA UII

HAK CIPTA MILIK DEPARTEMEN KAJIAN DAN PENELITIAN LEM FMIPA UII